Sumber daya koleksi merupakan salah satu aspek yang
penting di dalam perpustakaan digital. Sumber daya koleksi harus dikembangkan
secara berkelanjutan oleh perpustakaan digital karena keberhasilan pelayanan
informasi bukan terletak pada banyaknya jumlah kunjungan melainkan pada
tingginya tingkat akses terhadap sumber daya koleksinya.
Penulis
akan memaparkan mengenai pengembangan koleksi perpustakaan digital dengan studi
kasus di The National Library of China
(NLC) yang telah meluncurkan perpustakaan digital pada Tahun 2001 berdasarkan
artikel ilmiah yang ditulis oleh Jin Wang pada Tahun 2016 yang berjudul "Digital collection development and sharing
on a national scale A case study of the Digital Library Promotion Project"
. NLC telah mengembangkan jaringan dengan kapasitas bandwith 10 GB yang
mempunyai kapasitas penyimpanan sumber daya koleksi sebesar 561 TB dengan 20 standar
metadata. Pengembangan perpustakaan digital tersebut telah menjangkau luas
perpustakaan public yang ada di Cina. Sementara itu pemerintah Cina berupaya
untuk meningkatkan investasi melalui pengembangan budaya. Sebagai fasilitas
penting yang menyediakan layanan informasi budaya kepada publik, perpustakaan
umum di Cina memikul tanggung jawab yang lebih besar untuk pengembangan budaya
masyarakat. Seiring perkembangan teknologi informasi, pengembangan sumber daya
koleksi dilakukan untuk mengatasi gap yang terjadi di antara perpustakaan publik
dengan pengembangan peprpustakaan digital.. Pada Tahun 2011 Kementerian
Kebudayaan dan Keuangan China mengembangkan Digital
Library Promotion Project (DLPP). Tujuannya adalah untuk mengembangkan
sistem perpustakaan nasional yang dapat mendukung dan menjamin pengembangan
sumber daya secara berkelanjutan. Tujuan lainnya yaitu upaya berbagi di antara
perpustakaan umum untuk memenuhi kebutuhan budaya yang berkembang dengan merata
bagi seluruh warga masyarakat yang ada di wilayah Cina. DLPP merupakan Federated Digital Library yaitu
kerjasama beberapa perpustakaan digital yang memuat jenis koleksi yang
heterogen dengan menggunakan satu portal yang sama dan adanya fitur
interoperabilitas satu sama lain. Pada akhir Tahun 2015 DLPP telah menjangkau
448 perpustakaan publik yang berpartisipasi aktif dengan kapasitas data yang
mencapai 10100 TB, interoperabilitas platform yang digunakan sejumlah 365, dan pengguna
aktif sejumlah 6,55 juta. DLPP telah menjadi database dan platform
layanan informasi digital Cina terbesar di dunia.
.![]() |
National Library of China |
Menurut Li (2014), pengembangan koleksi perpustakaan
digital dilakukan melalui dua cara yaitu pertama dengan membeli database dari agen informasi baik di
dalam maupun di luar negeri. Cara kedua yaitu dengan mengelola database sendiri dengan melakukan
prososes digitalisasi dan network
harvesting sesuai dengan karakteristik regional budaya masing-masing
wilayah dimana perpustakaan berada. Sebagian besar perpustakaan melakukan
kombinasi kedua cara tersebut dalam praktik pengembangan sumber daya koleksi.
- Repetition. Masalah umum yang sering ditemui di antara perpustakaan digital yaitu adanya kesamaan database yang dilanggan. Hal ini disebabkan karena kurangnya koordinasi dalam perencanaan sumberdaya koleksi.
- Resource Isolation. Sebagian besar koleksi yang dinilai langka dan unik kurang mendapatkan publisitas yang mengakibatkan keterbatasan pengetahuan pengguna akan keberadaan koleksi tersebut.
- Lack of Unified Standar. Setiap sumberdaya dikembangkan sendiri-sendiri tanpa mempertimbangkan kompatibilitas satu sama lain. Dampaknya yaitu sumber daya koleksi tersebut tidak dapat digunakan dalam standar pencarian terpadu karena perbedaan struktur data, bahasa pemrograman dan sebagainya. hal ini merupakan tantangan dalam efektifitas integrasi dan pertukaran.
- Copyright Issues. Sebagian besar perpustakaan digital belum menyadari pentingnya isu terkait hak cipta dalam sumberdaya koleksi digital. Oleh karenanya perlu adanya panduan dalam memformulasi ide-ide terkait hak cipta dan mempraktikannya. Selain itu undang-undang hak cipta dan penegakan hukum disosialisasikan kepada masyarakat.
Untuk mengembangkan koleksi perpustakaan digital menurut Jin Wang (2016), harus memperhatikan aspek Union Catalogue, Co-construction of resources, dan Joint procurement. Union Catalogue adalah solusi terbaik untuk mencegah isolasi sumberdaya dan meningkatkan temuan hasil pencarian informasi didalamnya. Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam Union Catalogue yaitu sebagai berikut:
- Metadata repository program, yaitu salah satu program integrasi yang menyediakan indeks metadata yang terpusat yang memuat jutaan artikel, buku dan sumber daya koleksi lainnya. Sebagaimana diketahui setiap perpustakaan menerapkan perbedaan standar metadata yang digunakan terkait sumberdaya koleksi yang akan meningkatkan kesulitasn dalam integrasi dan pertukaran data. Solusinya adalah Metadata Repository Program untuk mengumpulkan dan mengintegrasikan metadata yang tersebar sehingga mendukung penemuan terpadu di seluruh perpustakaan yang berbeda. Teknisnya setiap perpustakaan diminta mengubah format metadata mereka sesuai dengan aturan bersama yang telah disepakati kemudian mengintegrasikan kedalam repository. Berdasarkan repository tersebut sistem penemuan dikembangkan agar setiap sumber daya koleksi dapat ditelusur sampe ke perpustakaan yang memiliki informasi tersebut. Pada prinsipnya mengumpulkan semua metadata tetapi tetap menyimpan dimana objek sumberdaya itu berada.
- Unified identifier program, merupakan program untuk mendukung integrasi dan pertukaran sumberdaya koleksi digital. Di dalam penerapan Unified identifier program setiap perpustakaan anggota diminta untuk memasang perangkat lunak otomatis yang dapat menghasilkan kode untuk setiap bagian dari sumber daya koleksi. Kode (identifier) adalah unik, permanen dan dianggap sebagai bagian dari informasi metadata dari setiap sumber daya koleksi. Setiap sumberdaya koleksi harus dicantumkan didalam laman website sebelum di identifikasi oleh perangkat lunak. Proses selanjutnya adalah perangkat lunak identifier mengaitkan setiap tautan yang terkait dengan sumber daya koleksi tersebut. Diharapkan seluruh sumber daya koleksi digital perpustakaan anggota terjangkau oleh perangkat lunak identifier yang akan memudahkan proses integrasi dan pertukaran serta promosi sumber daya koleksi.
Aspek pengembangan koleksi perpustakaan digital yang kedua yaitu Co-construction of resources. Pada tahap ini dapat mencegah pengulangan dan duplikasi sumber daya koleksi sekaligus mengembangkan struktur yang lebih luas dari sumberdaya koleksi digital. Tahapan Co-construction of resources mencakup:
- Program Digitalisasi Dokumen yaitu kegiatan alih bentuk media terhadap sumber daya koleksi perpustakaan.
- Program informasi arsip melalui website, salah satu praktiknya adalah melalui pemanfaatan teknologi cloud untuk penyimpanan sumberdaya koleksi.
- Program perkuliahan perpustakaan terbuka yang bertujuan untuk pengembangan sumber daya manusia khususnya terkait pengembangan kompetensi pustakawan.
- Pembangunan database pada tema tertentu yang bertujuan untuk mempertahankan ciri khas sumber daya koleksi tanpa menghambat pengelolaan, integrasi dan pertukaran data sumber daya koleksi digital.
Aspek ketiga dalam pengembangan koleksi perpustakaan
digital adalah Joint procurement
yaitu yang bertujuan untuk menyediakan pembelian database secara selektif. Seperti diketahui seringkali terjadi
repetisi database yang dilanggan oleh perpustakaan digital padahal masih
mempunyai fitur database yang sama. Dengan kerja sama dalam pengadaan database
bukan hanya menghemat anggaran tetapi usaha dan waktu serta merupakan upaya
promosi dan berbagi sumber daya di antara perpustakaan digital.
Wang menambahkan hal yang tidak kalah penting
lainnya dalam pengembangan koleksi perpustakaan digital adalah Resource sharing, dukungan finansial
yang berkelanjutan, mekanisme yang ilmiah dalam pelaksanaan kerja sama antar
perpustakaan digital, penanganan yang bersifat fleksibel untuk masalah hak
cipta, standar terpadu, dan pelatihan untuk staf yang berkelanjutan.
Dengan demikian pengembangan koleksi perpustakaan
digital tidak hanya mengenai penambahan kuantitas sumber daya koleksi melainkan
juga terkait dengan dukungan sistem, financial, sumber daya manusia, teknis dan
jejaring yang harus dikelola secara berkelanjutan.
Referensi
Wang,
J. (2016). Digital collection development and sharing on a national scale: A
case study of the Digital Library Promotion Project. New Library World, 117(11/12),
678–687. https://doi.org/10.1108/NLW-07-2016-0049
X,
L. (2014). A study on the development of Chinese digital library: case study of
provincial and city libraries. Publishing House of National Library of China,
71–74.
China sangat kuat dalam pengembangan perpustakaan--baik fisik maupun digital. Bahkan dalam world-class library ranking, China memiliki empat perpustakaan yang masuk 30 besar perpustakaan standar dunia
BalasHapusTerima kasih informasinya, Pak Ida. Memang benar Pak, Negeri tirai bambu menyadari pentingnya peran perpustakaan dalam kemajuan bangsa dan negaranya.
BalasHapusProyek pertama, boleh nih perpustakaan kita berkolaborasi membangun federated digital library :)
BalasHapusBoleh Mas Tri, semoga sebentar lagi saya menjadi pembuat kebijakan agar dapat merealisasikannya :)
Hapussayang ya di Negara kita pengembangan koleksi masih belum menjadi perhatian serius terutama di Perpustakaan Perguruan Tinggi yang masih mengutamakan jumlah pengunjung perpustakaan dibanding pengembangan koleksi yang ada.
BalasHapusSalah satunya karena indikator keberhasilan perpustakaan dalam laporan kegiatan tahunan masih diukur dari jumlah kunjungan dan situasi keramaian ruangan perpustakaan.
Hapusinmpian kita sebagai pustakawan memiliki perpustakaan digital yang terkonsep dan ideal sudah ada di pikiran kita tetapi kendalanya adalah dana dan kadang SDM karena masih kurangnya pustakawan ahli yang mengelola perpustakaan...
BalasHapusPerpustakaan masih dianggap hanya formalitas unit pendukung lembaga sehingga menjadi hambatan dalam pengembangannya. Tugas kita kelak mewujudkan impian itu, mi :D
HapusIzin tulisannya dijadikan referensi
BalasHapus