Kamis, 16 Februari 2017

Internet sebagai Amplifier Perpustakaan Digital








Apakah eksistensi perpustakaan digital mulai muncul di era internet? Pertanyaan yang cukup mengelitik termasuk bagi penulis. Menurut Digital Library Federation (2002) dalam Ali Shiri (2003), definisi perpustakaan digital adalah “organization that provide the resources, including the specialized staff, to select, structure, offer intellectual access to, interpret, distribute, preserve the integrity of, and ensure the persistence over time of collections of digital works so that they are readily available for use by a defined community or set of communities”. Shiri (2003) menambahkan bahwa definisi tersebut mengandung tiga komponen kunci yang merupakan kerangka teori yang mendasari perpustakaan digital yaitu,  people, information resources dan technology. Berdasarkan keterangan tersebut dapat kita pahami bahwa manusia, sumber daya informasi dan teknologi memiliki hubungan erat dalam kelangsungan perpustakaan digital. Manusia sebagai pengembang dan pengguna informasi, teknologi sebagai sarana untuk mengakses sumber daya informasi.
Sejenak melirik ke masa lalu, gagasan yang mempengaruhi konsep perpustakaan digital sudah muncul sebelum era internet, tepatnya pertama kali dicetuskan oleh salah satu pionir ilmu informasi yaitu Paul Otlet pada Tahun 1934 dalam bukunya yang berjudul “Traite de Documentation”. Salah satu kutipan menarik pada buku tersebut adalah “The desk is no more loaded with any book. Instead of that there are a screen and a telephone within reach. Remote at a different place there are the books and the information in a huge building … From there the page to be read will appear on the screen, in order to get an answer to a question put by telephone without and with a wired connection”. Jauh sebelum era global village, seorang Paul Otlet telah menggagas konsep kearah perpustakaan digital. Sang visioner tersebut sudah menggagas meja tanpa dipenuhi tumpukan buku, terdapat layar dan fasilitas telekomunikasi, mengakses buku dan informasi dari jauh, dan jejaring  yang terhubung satu sama lain.
Menurut Ida F Priyanto (2017) ada kontribusi pra-sejarah visi media baru berbasis teknologi untuk organisasi, akses, dan distribusi pengetahuan. Organisasi, akses, dan distribusi pengetahuan ini menjadi dasar filsafat Perpustakaan Digital. Oleh karenanya dapat dipahami bahwa perkembangan pesat perpustakaan digital di era informasi dewasa ini merupakan implementasi visi media baru yang telah digagas oleh para pionir ilmu informasi terdahulu. Visi media baru tersebut telah menjadi dasar filsafat pengembangan perpustakaan digital.
Dengan demikian era internet bukan melahirkan perpustakaan digital melainkan memperkuat eksistensi perpustakaan digital yang gagasan dan konsepnya sudah ada sejak lama.

Referensi
F. Priyanto, I. (2017). Perpustakaan Digital Definisi dan Sejarahnya. Dipresentasikan pada Materi Kuliah Perpustakaan Digital Sesi 1, Yogyakarta.
Shiri, A. (2003). Digital library research: current developments and trends. Library Review, 52(5), 198–202. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1108/00242530310476689

9 komentar:

  1. proses panjang tersebut telah membawa kita ke dunia kepustakawanan yang sangat cepat perkembangannya dan menjadikan kita sering lupa dengan sejarah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar Pak Ida, perpustakaan digital cenderung dilihat dari aspek kecanggihan fasilitas dan aksesnya saja tanpa mengkaji lebih dalam bahwa gagasan dan konsepnya dikembangkan oleh para ahli informasi terdahulu.

      Hapus
  2. good mas Dani.. Hadirnya era internet membuat impian-impian para tokoh di dunia informasi menjadi kenyataan, sehingga akses informasi menjadi merata.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apakah tokoh2 tersebut juga membayangkan dalam visinya bahwa pengaruh internet berpengaruh besar bukan hanya dlm hal teknis juga kontennya :)

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. benar sekali internet membantu terciptanya perpustakaan digital yang telah dicetuskan sejak lama, bahkan saat internet itu belum ada.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menarik, gagasan perpustakaan digital dengan internet begitu klop dan saling melengkapi :)

      Hapus
  5. Setidaknya dengan akses internettelah membawa dunia dalam genggaman._ maaf mas dani ini saya ganti email utk komen.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kedalam genggaman berarti perpustakaan digital harus mampu melayani kebutuhan informasi tanpa halangan ruang&waktu :)

      Hapus