Apakah eksistensi perpustakaan
digital mulai muncul di era internet? Pertanyaan yang cukup mengelitik termasuk
bagi penulis. Menurut Digital Library
Federation (2002) dalam Ali Shiri (2003), definisi perpustakaan digital
adalah “organization that provide the
resources, including the specialized staff, to select, structure, offer intellectual
access to, interpret, distribute, preserve the integrity of, and ensure the
persistence over time of collections of digital works so that they are readily available
for use by a defined community or set of communities”. Shiri (2003)
menambahkan bahwa definisi tersebut mengandung tiga komponen kunci yang
merupakan kerangka teori yang mendasari perpustakaan digital yaitu, people,
information resources dan technology. Berdasarkan keterangan
tersebut dapat kita pahami bahwa manusia, sumber daya informasi dan teknologi memiliki
hubungan erat dalam kelangsungan perpustakaan digital. Manusia sebagai
pengembang dan pengguna informasi, teknologi sebagai sarana untuk mengakses
sumber daya informasi.
Sejenak melirik ke masa
lalu, gagasan yang mempengaruhi konsep perpustakaan digital sudah muncul
sebelum era internet, tepatnya pertama kali dicetuskan oleh salah satu pionir
ilmu informasi yaitu Paul Otlet pada Tahun 1934 dalam bukunya yang berjudul “Traite de Documentation”. Salah satu
kutipan menarik pada buku tersebut adalah “The
desk is no more loaded with any book. Instead of that there are a screen and a
telephone within reach. Remote at a different place there are the books and the
information in a huge building … From there the page to be read will appear on
the screen, in order to get an answer to a question put by telephone without
and with a wired connection”. Jauh sebelum era global village, seorang Paul Otlet telah menggagas konsep kearah perpustakaan
digital. Sang visioner tersebut sudah menggagas meja tanpa dipenuhi tumpukan
buku, terdapat layar dan fasilitas telekomunikasi, mengakses buku dan informasi
dari jauh, dan jejaring yang terhubung
satu sama lain.
Menurut Ida F Priyanto (2017)
ada kontribusi pra-sejarah visi media baru berbasis teknologi untuk organisasi,
akses, dan distribusi pengetahuan. Organisasi, akses, dan distribusi pengetahuan
ini menjadi dasar filsafat Perpustakaan Digital. Oleh karenanya dapat dipahami
bahwa perkembangan pesat perpustakaan digital di era informasi dewasa ini merupakan
implementasi visi media baru yang telah digagas oleh para pionir ilmu informasi
terdahulu. Visi media baru tersebut telah menjadi dasar filsafat pengembangan perpustakaan
digital.
Dengan demikian era internet
bukan melahirkan perpustakaan digital melainkan memperkuat eksistensi
perpustakaan digital yang gagasan dan konsepnya sudah ada sejak lama.
Referensi
F.
Priyanto, I. (2017). Perpustakaan Digital Definisi dan Sejarahnya.
Dipresentasikan pada Materi Kuliah Perpustakaan Digital Sesi 1, Yogyakarta.
Shiri,
A. (2003). Digital library research: current developments and trends. Library
Review, 52(5), 198–202.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1108/00242530310476689
proses panjang tersebut telah membawa kita ke dunia kepustakawanan yang sangat cepat perkembangannya dan menjadikan kita sering lupa dengan sejarah.
BalasHapusBenar Pak Ida, perpustakaan digital cenderung dilihat dari aspek kecanggihan fasilitas dan aksesnya saja tanpa mengkaji lebih dalam bahwa gagasan dan konsepnya dikembangkan oleh para ahli informasi terdahulu.
Hapusgood mas Dani.. Hadirnya era internet membuat impian-impian para tokoh di dunia informasi menjadi kenyataan, sehingga akses informasi menjadi merata.
BalasHapusApakah tokoh2 tersebut juga membayangkan dalam visinya bahwa pengaruh internet berpengaruh besar bukan hanya dlm hal teknis juga kontennya :)
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusbenar sekali internet membantu terciptanya perpustakaan digital yang telah dicetuskan sejak lama, bahkan saat internet itu belum ada.
BalasHapusMenarik, gagasan perpustakaan digital dengan internet begitu klop dan saling melengkapi :)
HapusSetidaknya dengan akses internettelah membawa dunia dalam genggaman._ maaf mas dani ini saya ganti email utk komen.
BalasHapusKedalam genggaman berarti perpustakaan digital harus mampu melayani kebutuhan informasi tanpa halangan ruang&waktu :)
Hapus